Kamis, 22 Mei 2014

karya ilmiah



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal luas sebagai negara kepulauan terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan luas, sekitar 5,8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Kondisi perairan di Indonesia didukung dengan letak astronomis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, yaitu antara 60LU– 110LS dan 950BT–1410BT tersebut membuat Indonesia mendapat curahan panas matahari yang cukup tinggi. Hal itu memungkinkan segala jenis tumbuhan dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, khususnya tumbuhan perepat.
Perepat adalah tumbuhan yang hidup di perairan, mempunyai batang yang besar, buahnya berbentuk bulat, ujungnya bertangkai, dan mempunyai kelopak bunga. Perepat juga tumbuh liar di sekitar tanah berlumpur. Banyak orang yang tidak mengenal tumbuhan ini, mungkin bagi kita nama perepat sangatlah asing. Perepat juga serupa dengan pidada, tetapi perepat mempunyai daun yang lebar berwarna hijau tua, agak tebal, dan ukuran buahnya besar berwarna hijau tua. Sedangkan pidada daunnya lebih panjang bewarna hijau muda, buahnya hijau muda dan tidak terlalu besar.
Perepat termasuk tumbuhan yang banyak dijumpai di kota Kuala Tungkal, seperti di Kecamatan Tungkal Ilir. Perepat merupakan tumbuhan mangrove, yang menyusun hutan bakau. Pohon berbatang besar ini sering didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu karang atau berpasir, langsung berhadapan dengan laut terbuka. Nama “perepat” juga sering dipakai untuk pohon pantai yang lain, yang agak serupa yang dikenal dengan “pidada”.
Pohon ini juga dikenal dengan nama-nama lokal, seperti bogem, bidada, pidada, pedada, kedada, bangka, beropak, berapak, pupat, posi-posi, mange-mange, muntu, sopo, susup, dan wahat putih. Di Filipina, tumbuhan ini dikenal sebagai bunayon, bungalon, hikau-hikauan, ilukabban, lukabban, palalan, payan.
Perepat banyak ditemukan tumbuh berhadapan dengan laut, namun dibagian yang terlindung dari gempuran ombak secara langsung. Substrat yang disukai adalah campuran lumpur dan pasir, kadang-kadang juga dipantai berbatu, berkarang atau tanah liat. Perepat tidak tahan penggenangan oleh air tawar dalam jangka panjang. Akan tetapi, lebih tahan penggenangan oleh air asin.
Perepat di kota Kuala Tungkal lebih sering dijumpai di daerah yang berlumpur, ia juga lebih tahan hidup di air asin daripada air tawar. Perepat juga bisa bertahan hidup sekitar belasan tahun lebih. Di Kuala tungkal buah ini jarang sekali dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, hanya dijadikan rujak ataupun makanan sampingan.
     Pada kenyataannya perepat  banyak manfaatnya, tetapi banyak orang yang tidak mengetahui manfaat buah ini. Secara umum manfaat buah ini adalah sebagai berikut:
1.         Dibuat rujak.
2.         Untuk mengobati penyakit cacar.
3.         Dapat dijadikan gasing yaitu permainan pada anak-anak.
4.         Sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan angin kencang
5.         Sebagai penahan abrasi.
Berdasarkan latar belakang diatas saya tertarik untuk membuat karya ilmiah yang berjudul “ BUAH PEREPAT DAN MANFAATNYA BAGI MASYARAKAT DI KUALA TUNGKAL”.
1.2. Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
              a.          Apa  manfaat tumbuhan perepat bagi masyarakat dan lingkungan di Kuala Tungkal?
             b.          Bagaimana pemanfaatan buah perepat di Kuala Tungkal ?
              c.          Bagaimana cara memanfaatkan tumbuhan perepat di lingkungan masyarakat Kuala Tungkal?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
              a.          Mengetahui manfaat tumbuhan perepat bagi masyarakat dan lingkungan di Kuala Tungkal.
             b.          Mengetahui pemanfaatan buah perepat, khususnya di daerah Kuala Tungkal.
              c.          Mengetahui cara memanfaatkan tumbuhan perepat bagi masyarakat di Kuala Tungkal.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis atas penelitian ini adalah masyarakat dapat mengetahui :
           a.            Manfaat tumbuhan perepat dalam kehidupan sehari-hari di Kuala Tungkal.
           b.            Pemanfaatan buah perepat, khususnya di daerah Kuala Tungkal.
           c.            Cara memanfaatkan tumbuhan perepat bagi masyarakat di Kuala Tungkal.







BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Perepat









Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia Alba

            Perepat atau pidada putih (Sonneratia Alba) adalah sejenis pohon penyusun hutan bakau. Pohon berbatang besar ini, sering didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu karang atau berpasir, langsung berhadapan dengan laut terbuka. Nama perepat juga sering dipakai untuk pohon pantai lain yang agak serupa, yang dikenal sebagai pidada. Buah perepat hidup menyebar mulai dari Afrika Timur, Kepulauan Seychelle dan Madagaskar, Asia Tenggara, hingga ke Australia Tropis, Kaledonia Baru, Kepulauan di Pasifik Barat dan Oseania Barat.
2.2. Bagian-bagian Perepat
a.      Ranting dan Dedaunan
Pohon  yang  selalu  hijau,  gundul ( tak berambut), bertajuk  melebar, tinggi 3-15m. Kulit batang berwarna krem hingga coklat, dengan  retak-retak halus mendatar.  Akar napas tebal,  muncul berupa  kerucut-kerucut  runcing agak tebal, hingga 25 cm tingginya.

Daun-daunnya terletak berhadapan tebal sebagai jangat, helaian bundar telur atau bundar telur terbalik, dengan pangkal bentuk baji dan ujung membulat lebar. Daun-daunnya yang muda dimakan mentah (sebagai lalap) atau direbus.
b.      Kuncup bunga
Bunga berkelamin ganda, soliter atau dalam karangan tiga kuntum diujung ranting, bertangkai pendek kukuh. Tabung kelopak mirip lonceng, sering berusuk, dengan 6-7 taju kelopak. Hijau disisi luar dan merah di dalam tidak rontok. Helai mahkota sempit, putih, mirip dengan benang sari, sering kemerahan dipangkalnya, lekas rontok atau kadang-kadang bahkan tidak ada. Benang-benang sari berjumlah banyak.

              
         Perepat berbunga sepanjang tahun. Bunganya nocturnal dan diserbuki oleh ngengat, burung serta kelelawar. Pohon perepat juga sering dijadikan sebagai tempat berkumpulnya kunang-kunang diwaktu malam hari.


c.       Buah Buni
Buah buni berbentuk bola agak gepeng, berbiji banyak, dengan pangkal terlindung kelopak yang tidak rontok dan berbentuk seperti bintang. Buah buni bermahkota bekas tangkai putik, taju kelopak umumnya tertekuk kebelakang, namun adakalanya mendatar menyamping. Buah ini berbau tidak enak saat masak.
d.      Batang dan Akar Napas
Kayu perepat berkualitas sedang. Kayu ini awet dalam air laut, tidak mudah belah dan menahan pasak dengan baik, sehingga sering kali dipakai untuk rusuk dan siku-siku perahu. Kayu yang berwarna cokelat muda hingga tua ini digunakan untuk rumah. Hanya saja, kayu ini mengandung garam sehingga menimbulkan karat pada paku dan baut. Kayu ini juga merupakan kayu bakar yang baik.












BAB III
METODE PENELITIAN
 
Suatu penelitian memerlukan suatu metode penulisan yang   
     dipergunakan sebagai cara menemukan, menguji kebenaran dan  
     menjalankan prosedur dengan benar, sehingga dapat dipertahankan secara
      ilmiah dengan tingkat kebenaran yang optimal. Adapun metode yang
      dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

 3.1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam karya tulis Ilmiah ini menggunakan dua sumber data, yaitu:
a.      Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung. Dalam hal ini penulis memperoleh data melalui wawancara langsung dengan beberapa orang masyarakat di sekitar Kuala Tungkal.
b.      Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data tertulis. Dalam hal ini penulis memperoleh data melalui internet.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
a.      Studi Pustaka
Metode studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi melalui internet yang membahas tentang tumbuhan perepat.
b.      Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan narasumber Pak Kamaruddin, M.A untuk memperoleh informasi yang nyata.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Manfaat  Tumbuhan Perepat Bagi Masyarakat dan Lingkungan            Di Kuala Tungkal
Ekosistem tumbuhan perepat memiliki banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, diantaranya:
a.      Fungsi Fisik
1)      Sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan angin kencang.
2)      Penahan abrasi.
3)      Pengendali instrusi air laut.
4)      Mencegah banjir.
5)      Menyerap logam berat atau limbah yang mencemari perairan dan
 memelihara kualitas air.

b.      Fungsi Biologis
1)      Sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup mencari makan.
2)      Sebagai sumber keanekaragaman Biota Akuatik dan non-Akuatik
 seperti burung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman anggrek serta sumber plasma nutfah.
3)      Sebagai sumber makanan.

c.       Fungsi Ekonomis
1)      Sebagai bahan sumber bahan bakar (kayu, aramg).
2)      Sebagai bahan bangunan (balok, papan).
3)      Sebagai bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan.



4.2. Pemanfaatan Tumbuhan Perepat di Kuala Tungkal
Tumbuhan perepat di kota Kuala Tungkal lebih sering dijumpai di daerah  yang berlumpur, tumbuhan ini lebih tahan hidup di air asin daripada air tawar.  
Perepat bisa hidup sekitar belasan tahun lebih. Di Kuala Tungkal buah ini jarang sekali dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, hanya dijadikan rujak atau dimakan biasa. Cara makannya pula hanya dengan garam atau kecap bercampur cabai dan sedikit gula.
Selain buahnya, daun tumbuhan perepat juga dapat dimanfaatkan masyarakat Kuala Tungkal sebagai obat cacar.

4.3. Cara Memanfaatkan Tumbuhan Perepat di Lingkungan Masyarakat         Kuala Tungkal
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa tumbuhan perepat memiliki banyak manfaat, antara lain:
a.      Daun perepat Sebagai Obat Cacar
Alat dan Bahan:
1)      Wadah
2)      Daun perepat secukupnya
3)      Bedak tabur
4)      Air secukupnya

Cara membuat:
1)      Daun perepat tersebut diremas-remas.
2)      Masukkan remasan daun kedalam wadah, campur dengan bedak tabur.
3)      Setelah itu masukkan air secukupnya, aduk hingga merata.
4)      Lalu oleskan pada bagian yang terkena cacar.

Selain itu, daun perepat juga bisa untuk lalap makan.

b.      Jus Buah Perepat

Alat dan bahan:
1)      Gelas
2)      Sendok
3)      Pisau
4)      Blender

5)      Buah perepat
6)      Gula
7)      Air
8)      Es batu

Cara membuat:
1)      Pilihlah perepat yang segar, dan matang, serta cuci sebelum membuat jus. Lebih baik direndam dengan air hangat selama 5 menit, untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
2)      Potong perepat menjadi bagian kecil.
3)      Kemudian masukkan potongan perepat, gula, air, dan es batu lalu blender sampai halus.
4)      Tuangkan kedalam gelas dan siap untuk dinikmati.

c.       Gasing
Buah perepat ini juga dapat dijadikan sebagai permainan. Dalam permainan buah perepat, buah ini akan diputar  dengan menggunakan tangan. Buah perepat yang berputar paling lama dan paling ligat dianggap paling bagus dan pemutarnya dianggap sebagai pemenangnya.

d.      Kayu perepat berkualitas sedang. Kayu ini awet dalam air laut, tidak mudah belah dan patah. Kayu perepat yang berwarna cokelat muda hingga cokelat tua dapat dijadikan bahan bangunan dan kayu bakar.
BAB V
  KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.  Kesimpulan

              a.          Perepat adalah tumbuhan berbatang besar yang mudah tumbuh di mana-mana di Kuala Tungkal.
             b.          Manfaat tumbuhan perepat di Kuala Tungkal, antara lain: digunakan sebagai obat cacar, jus, rujak, bahan bangunan, untuk permainan gasing.
              c.           Pohon perepat memiliki beberapa fungsi, antara lain: fungsi fisik sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan angin kencang, fungsi biologis sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup mencari makan, fungsi ekonomis sebagai bahan sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok, papan).
             d.          Tumbuhan perepat juga dapat meningkatkan perekonomian warga Kuala Tungkal jika dimanfaatkan dengan benar.
              e.          Sudah saatnya masyarakat Kuala Tungkal mengetahui dan menyadari potensi-potensi tumbuhan perepat sehingga dapat lebih peduli pada kelestariannya.

5.2. Saran
         a.               Sebagai tumbuhan pelindung diharapkan kepada  masyarakat untuk menjaga kelestariannya agar fungsinya tetap utuh.
        b.               Menghimbau kepada masyarakat Kuala Tungkal untuk memanfaatkan perepat sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang baru.




2 komentar: